Minggu, 22 Mei 2011

WANITA SOLEHA


SUNGGUH sangat beruntung bagi wanita shalihah di dunia ini. Ia akan menjadi cahaya bagi keluarganya dan berperan melahirkan generasi dambaan. Kalau pun ia wafat, maka Allah akan menjadikannya bidadari di akhirat nanti. Oleh karena itu, para pemuda jangan sampai salah memilih pasangan hidup. Pilihlah wanita shalihah untuk dijadikan istri dan pendamping hidup setia.

Siti Khadijah r.a. adalah figur seorang istri shalihah yang menjadi penentram batin, pendukung setia, dan penguat semangat suami dalam berjuang dan beribadah kepada Allah SWT. Beliau telah berkorban dengan harta, kedudukan, dan diri beliau demi membela perjuangan Rasulullah Saw. Begitu kuatnya kesan keshalihahan Khadijah r.a., hingga nama beliau banyak disebut-sebut oleh Rasul walau beliau sendiri sudah meninggal.

Allah berfirman dalam QS. An Nuur ayat 30-31, Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara farji (kemaluan) - nya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat. Katakanlah kepada wanita beriman, hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara farji- nya dan janganlah mereka menampakkan perhiasan kecuali yang biasa nampak dari padanya.

Rasulullah Saw. bersabda : Dunia ini adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita shalihah. (HR. Muslim).

Ciri khas seorang wanita shalihah adalah ia mampu menjaga pandangannya. Ciri lainnya, dia senantiasa taat kepada Allah dan Rasul Nya. Make up- nya adalah basuhan air wudhu. Lipstiknya adalah memperbanyak dzikir kepada Allah di mana pun berada. Celak matanya adalah memperbanyak bacaan Al Quran. Jika seorang muslimah menghiasi dirinya dengan perilaku takwa, akan terpancar cahaya keshalihahan dari dirinya.

Wanita shalihah tidak mau kekayaan termahalnya berupa iman akan rontok. Dia juga sangat memperhatikan kualitas kata-katanya. Tidak ada dalam sejarahnya seorang wanita shalihah centil, suka jingkrak-jingkrak, dan menjerit-jerit saat mendapatkan sesuatu kesenangan. Ia akan sangat menjaga setiap tutur katanya agar bernilai bagaikan untaian intan yang penuh makna dan bermutu tinggi. Dia sadar betul bahwa kemuliaannya justru bersumber dari kemampuannya menjaga diri (iffah).

Wanita shalihah itu murah senyum, karena senyum sendiri adalah shadaqah. Namun, tentu saja senyumnya proporsional. Tidak setiap laki-laki yang dijumpainya diberikan senyuman manis. Intinya, senyumnya adalah senyum ibadah yang ikhlas dan tidak menimbulkan fitnah bagi orang lain. Bisa dibayangkan jika kaum wanita kerja keras berlatih senyum manis semata untuk meluluhkan hati laki-laki.

Wanita shalihah juga harus pintar dalam bergaul dengan siapapun. Dengan pergaulan itu ilmunya akan terus bertambah, sebab ia akan selalu mengambil hikmah dari orang-orang yang ia temui. Kedekatannya kepada Allah semakin baik sehingga hal itu berbuah kebaikan bagi dirinya maupun orang lain. Pendek kata, hubungan kemanusiaan dan taqarrub kepada Allah dilakukan dengan sebaik mungkin.

Ia juga selalu menjaga akhlaknya. Salah satu ciri bahwa imannya kuat adalah dari kemampuannya memelihara rasa malu. Dengan adanya rasa malu, segala tutur kata dan tindak tanduknya akan selalu terkontrol. Tidak akan ia berbuat sesuatu yang menyimpang dari bimbingan Al Quran dan As Sunnah. Dan tentu saja godaan setan bagi dirinya akan sangat kuat. Jika ia tidak mampu melawan godaan tersebut, maka bisa jadi kualitas imannya berkurang. Semakin kurang iman seseorang, maka makin kurang rasa malunya. Semakin kurang rasa malunya, maka makin buruk kualitas akhlaknya.

Pada prinsipnya, wanita shalihah itu adalah wanita yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Rambu-rambu kemuliaannya bukan dari beraneka aksesoris yang ia gunakan. Justru ia selalu menjaga kecantikan dirinya agar tidak menjadi fitnah bagi orang lain. Kecantikan satu saat bisa jadi anugerah yang bernilai . Tapi jika tidak hati-hati, kecantikan bisa jadi sumber masalah yang akan menyulitkan pemiliknya sendiri.

Saat mendapat keterbatasan fisik pada dirinya, wanita shalihah tidak akan pernah merasa kecewa dan sakit hati. Ia yakin bahwa kekecewaan adalah bagian dari sikap kufur nikmat. Dia tidak akan merasa minder dengan keterbatasannya. Pribadinya begitu indah sehingga make up apa pun yang dipakainya akan memancarkan cahaya kemuliaan. Bahkan, kalaupun ia polos tanpa make up sedikit pun, kecantikan jiwanya akan tetap terpancar dan menyejukan hati tiap-tiap orang di sekitarnya. Karena ia yakin betul bahwa Allah tidak akan pernah meleset memberikan karunia kepada hamba-Nya. Makin ia menjaga kehormatan diri dan keluarganya, maka Allah akan memberikan karunia terbaik baginya di dunia dan di akhirat.

Jika ingin menjadi wanita shalihah, maka banyak-banyaklah belajar dari lingkungan sekitar dan orang-orang yang kita temui. Ambil ilmunya dari mereka. Bahkan kita bisa mencontoh istri-istri Rasulullah Saw. Seperti Siti Aisyah yang terkenal dengan kecerdasannya dalam berbagai bidang ilmu. Ia terkenal dengan kekuatan pikirannya. Seorang istri seperti beliau adalah seorang istri yang bisa dijadikan gudang ilmu bagi suami dan anak-anak.

Bisa jadi wanita shalihah itu muncul dari sebab keturunan. Bila kita melihat seorang pelajar yang baik akhlaknya dan tutur katanya senantiasa sopan, maka dalam bayangan kita tergambar diri seorang ibu yang telah mendidik dan membimbing anaknya menjadi manusia yang berakhlak. Sulit membayangkan, seorang wanita shalihah ujug-ujug muncul tanpa didahului sebuah proses yang memakan waktu. Disini faktor keturunan memainkan peran. Begitu pun dengan pola pendidikan, lingkungan, keteladanan dan lain-lain. Apa yang nampak, bisa menjadi gambaran bagi sesuatu yang tersembunyi.

Banyak wanita bisa sukses. Namun tidak semua bisa shalihah. Shalihah atau tidaknya seorang wanita bergantung ketaatannya pada aturan-aturan yang Allah pimpinkan. Dan aturan-aturan tersebut berlaku universal, bukan saja berlaku bagi wanita yang sudah menikah, tapi juga bagi remaja putri yang berumah tangga. Tidak akan rugi jika seorang remaja putri menjaga sikapnya saat mereka berinteraksi dengan lawan jenis yang bukan mahramnya. Bertemanlah dengan orang-orang yang akan menambah kualitas ilmu, amal dan ibadah kita. Ada sebuah ungkapan mengatakan, Jika kita ingin mengenal pribadi seseorang maka lihatlah teman-teman di sekelilingnya. Usahakanlah kita mampu memberikan warna yang baik bagi orang lain, bukan sebaliknya malah kita yang diwarnai oleh pengaruh buruk orang lain.

Jika para wanita muda mampu menjaga diri dan memelihara akhlaknya, maka iman kaum laki-laki akan semakin kuat. Cahaya keshalihahan wanita mukminah akan menjadi penyejuk sekaligus peneguh hati orang-orang beriman. Apalagi bagi kaum muda yang sangat rentan dari godaan syahwat. Mereka harus dibantu dalam melawan godaan-godaan.

Peran wanita shalihah sangat besar dalam keluarga dan bahkan negara. Kita pernah mendengar, bahwa di belakang seorang pemimpin yang sukses ada seorang wanita yang sangat hebat. Jika wanita shalihah ada di belakang para lelaki di dunia ini, maka bisa dibayangkan, berapa banyak kesuksesan yang akan diraih. Selama ini wanita hanya ditempatkan sebagai pelengkap saja, yaitu hanya mendukung dari belakang, tanpa peran tertentu yang serius. Dalam sebuah keterangan diyatakan bahwa bejatnya akhlak wanita bisa menyebabkan hancurnya sebuah negara. Bukankah wanita itu adalah negara? Bayangkanlah, jika tiang-tiang penopang bangunan itu rapuh, maka sudah pasti bangunannya akan roboh dan rata dengan tanah, sehingga tidak akan ada lagi yang tersisa kecuali puing-puing yang nilainya tidak seberapa.

Jadi kita tinggal memilih, apakah akan menjadi tiang yang kuat atau tiang yang rapuh? Jika ingin menjadi tiang yang kuat, kaum wanita harus terus berusaha menjadi wanita shalihah dengan mencontoh pribadi istri-istri Rasulullah. Dengan terus berusaha menjaga kehormatan diri dan keluarga serta memelihara farji-nya, maka pesona wanita shalihah akan melekat pada diri kaum wanita kita.
********************** Wassalam ********************************************

MENDETEKSI SEHATNYA QALBU ( HATI )



Qalbu yang sehat memiliki beberapa tanda, sebagaimana yang disebutkan oleh al-Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyah di dalam kitab ¡Ighatsatul Lahfan min Mashayid asy-Syaithan.¡¨ Dan di antara tanda-tanda tersebut adalah mampu memilih segala sesuatu yang bermanfaat dan memberikan kesembuhan. Dia tidak memilih hal-hal yang berbahaya serta menjadikan sakitnya qalbu. Sedangkan tanda qalbu yang sakit adalah sebaliknya. Santapan qalbu yang paling bermanfaat adalah keimanan dan obat yang paling manjur adalah al-Qur¡¦an. Selain itu, qalbu yang sehat memiliki karakteristik sebagai berikut:

1.Mengembara ke Akhirat

Qalbu yang sehat mengembara dari dunia menuju ke akhirat dan seakan-akan telah sampai di sana. Sehingga dia merasa seperti telah menjadi penghuni akhirat dan putra-putra akhirat. Dia datang dan berada di dunia ini seakan-akan sebagai orang asing, yang mengambil sekedar keperluannya, lalu akan segera kembali lagi ke negeri asalnya. Nabi shallallhu ¡¥alaihi wasallam bersabda, "Jadilah engkau di dunia ini seperti orang asing atau (musafir) yang melewati suatu jalan." (HR. al-Bukhari)

Ketika qalbu seseorang sehat, maka dia akan mengembara menuju akhirat dan terus mendekat ke arahnya, sehingga seakan-akan dia telah menjadi penghuninya. Sedangkan bila qalbu tersebut sakit, maka dia terlena mementingkan dunia dan menganggapnya sebagai negeri abadi, sehingga jadilah dia ahli dan hambanya.

2.Mendorong Menuju Allah subhanahu wata¡¦ala

Di antara tanda lain sehatnya qalbu adalah selalu mendorong si empunya untuk kembali kepada Allah subhanahu wata¡¦ala dan tunduk kepada-Nya. Dia bergantung hanya kepada Allah, mencintai-Nya sebagaimana seseorang mencintai kekasihnya. Tidak ada kehidupan, kebahagiaan, kenikmatan, kesenangan kecuali hanya dengan ridha Allah, kedekatan dan rasa jinak terhadap-Nya. Merasa tenang dan tentram dengan Allah, berlindung kepada-Nya, bahagia bersama-Nya, bertawakkal hanya kepada-Nya, yakin, berharap dan takut kepada Allah semata.

Maka qalbu tersebut akan selalu mengajak dan mendorong pemiliknya untuk menemukan ketenangan dan ketentraman bersama Ilah sembahan nya. Sehingga tatkala itulah ruh benar-benar merasakan kehidupan, kenikmatan dan menjadikan hidup lain daripada yang lain, bukan kehidupan yang penuh kelalaian dan berpaling dari tujuan penciptaan manusia. Untuk tujuan menghamba kepada Allah subhanahu wata¡¦ala inilah surga dan neraka diciptakan, para rasul diutus dan kitab-kitab diturunkan.

Abul Husain al-Warraq berkata, "Hidupnya qalbu adalah dengan mengingat Dzat Yang Maha Hidup dan Tak Pernah Mati, dan kehidupan yang nikmat adalah kehidupan bersama Allah, bukan selain-Nya."

Oleh karena itu terputusnya seseorang dari Allah subhanahu wata¡¦alaƒnlebih dahsyat bagi orang-orang arif yang mengenal Allah daripada kematian, karena terputus dari Allah adalah terputus dari al-Haq, sedang kematian adalah terputus dari sesama manusia.

3.Tidak Bosan Berdzikir

Di antara sebagian tanda sehatnya qalbu adalah tidak pernah bosan untuk berdzikir mengingat Allah subhanahu wata¡¦ala. Tidak pernah merasa jemu untuk mengabdi kepada-Nya, tidak terlena dan asyik dengan selain-Nya, kecuali kepada orang yang menunjukkan ke jalan-Nya, orang yang mengingatkan dia kepada Allah subhanahu wata¡¦ala atau saling mengingatkan dalam kerangka berdzikir kepada-Nya.

4. Menyesal jika Luput dari Berdzikir

Qalbu yang sehat di antara tandanya adalah, jika luput dan ketinggalan dari dzikir dan wirid, maka dia sangat menyesal, merasa sedih dan sakit melebihi sedihnya seorang bakhil yang kehilangan hartanya.

5. Rindu Beribadah

Qalbu yang sehat selalu rindu untuk menghamba dan mengabdi kepada Allah subhanahu wata¡¦ala, sebagaimana rindunya seorang yang kelaparan terhadap makanan dan minuman.

6.Khusyu' dalam Shalat

Qalbu yang sehat adalah jika dia sedang melakukan shalat, maka dia tinggalkan segala keinginan dan sesuatu yang bersifat keduniaan. Sangat memperhatikan masalah shalat dan bersegera melakukannya, serta mendapati ketenangan dan kenikmatan di dalam shalat tersebut. Baginya shalat merupakan kebahagiaan dan penyejuk hati dan jiwa.

7.Kemauannya Hanya kepada Allah

Qalbu yang sehat hanya satu kemauannya, yaitu kepada segala sesuatu yang diridhai Allah subhanahu wata¡¦ala.

8. Menjaga Waktu

Di antara tanda sehatnya qalbu adalah merasa kikir (sayang) jika waktunya hilang dengan percuma, melebihi kikirnya seorang yang pelit terhadap hartanya.

9. Introspeksi dan Memperbaiki Diri

Qalbu yang sehat senantiasa menaruh perhatian yang besar untuk terus memperbaiki amal, melebihi perhatian terhadap amal itu sendiri. Dia terus bersemangat untuk meningkat kan keikhlasan dalam beramal, mengharap nasihat, mutaba'ah (mengontrol) dan ihsan (seakan-akan melihat Allah subhanahu wata¡¦ala dalam beribadah, atau selalu merasa dilihat Allah). Bersamaan dengan itu dia selalu memperhatikan pemberian dan nikmat dari Allah subhanahu wata¡¦ala serta kekurangan dirinya di dalam memenuhi hak-hak-Nya.

Demikian di antara beberapa fenomena dan karakteristik yang mengindikasikan sehatnya qalbu seseorang.

Dapat disimpulkan bahwa qalbu yang sehat dan selamat adalah qalbu yang himmah (kemauannya) kepada sesuatu yang menuju Allah subhanahu wata¡¦ala, mencintai-Nya dengan sepenuhnya, menjadikan-Nya sebagai tujuan. Jiwa raganya untuk Allah, amalan, tidur, bangun dan bicaranya hanyalah untuk-Nya. Dan ucapan tentang segala yang diridhai Allah lebih dia sukai daripada segenap pembicaran yang lain, pikirannya selalu tertuju kepada apa saja yang diridhai dan dicintai-Nya.

Berkhalwah (menyendiri) untuk mengingat Allah subhanahu wata¡¦ala lebih dia sukai daripada bergaul dengan orang, kecuali dalam pergaulan yang dicintai dan diridhai-Nya. Kebahagiaan dan ketenangannya adalah bersama Allah, dan ketika dia mendapati dirinya berpaling kepada selain Allah, maka dia segera mengingat firman-Nya,
¡Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Rabbmu dengan hati yang puas lagi diridhoi-Nya. (QS. 89:27-28)

Dia selalu mengulang-ulang ayat tersebut, dengan harapan dia akan mendengarkannya nanti pada hari Kiamat dari Rabbnya. Maka akhirnya qalbu tersebut di hadapan Ilah dan Sesembahannya yang Haq akan terwarnai dengan sibghah (celupan) sifat kehambaan. Sehingga jadilah abdi sejati sebagai sifat dan karakternya, ibadah menjadi kenikmatannya bukan beban yang memberatkan. Dia melakukan ibadah dengan rasa suka, cinta dan kedekatan kepada Rabbnya.

Ketika disodorkan kepadanya perintah atau larangan dari Rabbnya, maka hatinya mengatakan, "Aku penuhi panggilan-Mu, aku penuhi dengan suka cita, sesungguhnya aku mendengarkan, taat dan akan melakukannya. Engkau berhak dan layak mendapatkan semua itu, dan segala puji kembali hanya kepada-Mu.¡¨

Apabila ada takdir menimpanya maka dia mengatakan, " Ya Allah, aku adalah hamba-Mu, miskin dan membutuhkan-Mu, aku hamba-Mu yang fakir, lemah tak berdaya. Engkau adalah Rabbku yang Maha Mulia dan Maha Penyayang. Aku tak mampu untuk bersabar jika Engkau tidak menolongku untuk bersabar, tidak ada kekuatan bagiku jika Engkau tidak menanggungku dan memberiku kekuatan. Tidak ada tempat bersandar bagiku kecuali hanya kepada-Mu, tidak ada yang dapat memberikan pertolongan kepadaku kecuali hanya Engkau. Tidak ada tempat berpaling bagiku dari pintu-Mu, dan tidak ada tempat untuk berlari dari-Mu.¡¨

Dia mempersembahkan segalanya hanya untuk Allah subhanahu wata¡¦ala, dan dia hanya bersandar kepada-Nya. Apabila menimpanya sesuatu yang tidak dia sukai maka dia berkata, "Rahmat telah dihadiahkan untukku, obat yang sangat bermanfaat dari Dzat Pemberi Kesembuhan yang mengasihiku." Jika dia kehilangan sesuatu yang dia sukai, maka dia berkata, "Telah disingkirkan keburukan dari sisiku."

Semoga Allah subhanahu wata¡¦ala memperbaiki qalbu kita semua, dan menjaganya dari penyakit-penyakit yang merusak dan membinasakan, Amin.

Sumber: Mawaridul Aman al Muntaqa min Ighatsatil Lahfan fi Mashayid asy-Syaithan, penyusun Syaikh Ali bin Hasan bin Ali al-Halabi.

**********************************************************************************

Rabu, 18 Mei 2011

Keutamaan Berdakwah


Keutamaan Berdakwah [1]

Allah Ta’ala berfirman:

“Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang ummi (buta huruf) seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayatNya kepada mereka, menyucikan mereka, dan mengajarkan mereka Al-Kitab dan Hikmah (As-Sunnah).” (QS. Al-Jumuah: 2)

dan Allah Ta’ala berfirman:

“Kalian adalah umat terbaik yang pernah dilahirkan untuk manusia, kalian menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar.” (QS. Alu Imran: 110)

Dari Abu Mas’ud Uqbah bin Amir Al-Anshari -radhiallahu anhu- dia berkata: Rasulullah -shallallahu alaihi wasallam- bersabda:

“Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.”(HR. Muslim no. 1893)

Dari Abu Hurairah -radhiallahu anhu- bahwa Rasulullah -shallallahu alaihi wasallam- bersabda:

“Barangsiapa yang mengajak menuju hidayah maka dia mendapatkan pahala seperti pahala orang-orang yang mengikutinya, tapi tanpa mengurangi sedikitpun dari pahala-pahala mereka. Barangsiapa yang mengajak menuju kesesatan maka dia mendapatkan dosa seperti doa orang-orang yang mengikutinya, tapi tanpa mengurangi sedikitpun dari dosa-dosa mereka.” (HR. Muslim no. 2674)

Dari Abu Umamah Al-Bahili -radhiallahu anhu- dia berkata: Rasulullah -shallallahu alaihi wasallam- bersabda:

“Sesungguhnya para malaikat, serta semua penduduk langit-langit dan bumi, sampai semut-semut di sarangnya, mereka semua bershalawat atas orang yang mengajarkan kebaikan kepada manusia.” (HR. At-Tirmizi no. 2685 dan dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam Shahih At-Targhib: 1/36 dan Shahih Al-Jami’ no. 1883)

Makna bershalawat atasnya adalah mendoakan dan memintakan ampun untuknya.

Penjelasan ringkas:

Para ulama adalah pewaris para nabi, dan selain mereka mewarisi ilmu mereka, mereka juga mewarisi tugas mereka yaitu berdakwah dan mengajak manusia menuju kebaikan dan mencegah mereka dari kemungkaran. Karenanya mereka (para ulama) merupakan manusia yang terbaik pada setiap zaman tatkala mereka mewarisi tugas manusia yang terbaik pula, yaitu para nabi.

Dalam ayat surah Al-Jumuah di atas disebutkan 4 tugas para nabi yang juga merupakan tugas para ulama: Membacakan ayat-ayat Allah kepada manusia, menyucikan mereka, mengajarkan Al-Kitab kepada mereka, dan mengajarkan sunnah kepada mereka. Inilah tugas mereka, sehingga barangsiapa yang mengajari manusia dengan selain dengan empat perkara ini maka sungguh dia telah melenceng dari tugasnya yang sebenarnya. Dan bisa dipastikan barangsiapa yang mengajak manusia dengan selain empat perkara ini maka dia telah mengajak mereka kepada kesesatan dan dia akan mendapatkan dosa semua orang yang telah dia sesatkan sampai hari kiamat.

Sebaliknya orang yang menjalankan keempat tugas ini maka sungguh dia telah mengajak kepada petunjuk dan dia akan mendapatkan pahala semua orang yang mengikutinya sampai hari kiamat. Bahkan bukan hanya itu, dia juga akan mendapatkan pengampunan dari Allah Ta’ala serta akan didoakan dan dimintakan ampun oleh semua penghuni langit dan bumi, mulai dari semut di dalam tanah sampai para malaikat yang berada di atas langit.

Keutamaan Berdakwah [2]

Allah Ta’ala berfirman:

“Siapakah yang lebih baik ucapannya dari orang mengajak kepada Allah dan amalan saleh serta berkata, “Sesungguhnya saya termasuk orang-orang yang berserah diri.” (QS. Fushshilat: 33)

Allah Ta’ala berfirman:

“Ajaklah kepada jalan Rabbmu dengan hikmah dan peringatan yang baik.” (QS. An-Nahl: 125)

Allah Ta’ala berfirman:

“Katakanlah: Ini adalah jalanku yaitu aku mengajak kepada Allah di atas ilmu. Ini adalah jalanku dan orang yang mengikutiku.” (QS. Yusuf: 108)

Dari Sahl bin Sa’ad radhiallahu anhu bahwa Nabi shallallahu alaihi wasallam berkata kepada Ali bin Abi Thalib pada perang Khaibar:

“Berjalanlah dengan tenang sampai kamu tiba di pinggiran kota mereka (negeri kafir), kemudian ajaklah mereka kepada Islam dan ajari mereka hak Allah yang wajib mereka tunaikan di dalamnya. Karena demi Allah, seandainya Allah memberikan hidayah kepada seseorang karena kamu maka itu jauh lebih baik bagimu daripada onta merah.” (HR. Al-Bukhari no. 3701 dan Muslim no. 2406)

Onta merah adalah onta terbaik, sekaligus lambang dari harta mereka yang paling berharga.

Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

“Siapa yang mengajak kepada hidayah maka dia mendapatkan pahala seperti pahala orang-orang yang mengikutinya dan hal itu tidak mengurangi pahala mereka sedikitpun. Siapa yang mengajak kepada kesesatan maka dia mendapatkan dosa seperti dosa orang-orang yang mengikutinya dan hal itu tidak mengurani dosa mereka sedikitpun.” (HR. Muslim no. 2674)

Source : Keutamaan Berdakwah by BULETIN DAKWAH

Minggu, 24 April 2011

SIFAT AMARAH


Ma’asyiral muslimin

Dalam kehidupan sehari-hari sering kita temukan kejadian demi kejadian yang kelihatannya sepele tetapi kemudian berubah menjadi persoalan besar atau bahkan berakibat sangat fatal. Penyebabnya memang bermacam-macam. Salah satu diantaranya yang akan kita sampaikan di sini adalah karena adanya sifat amarah pada manusia.

Ma’asyiral muslimin

Marah merupakan perasaan kejiwaan berupa rasa tidak senang terhadap sesuatu yang biasanya diekspresikan dalam bentuk ucapan, tindakan, dan sikap atau sikap, ucapan dan tindakan sekaligus.

Dalam kehidupan sehari marah timbul biasanya akibat seseorang tidak senang melihat atau merasakan sesuatu terjadi dan ketidaksenangan tersebut akhirnya menekan perasaan atau emosi yang secara phisik biasanya ditandai dengan naiknya tekanan darah. Sehingga, apabila sesutu yang tidak disenangi tersebut terjadi dan menekan perasaan, muncullah marah tersebut.

Seseorang tidak menginginkan anaknya bermain di jalan. Tetapi anak tersebut bermain juga. Maka marahlah orang tersebut. Kita tidak menginginkan seseorang mengotori masjid. Tetapi tiba-tiba datang anak-anak yang mengotori masjid. Maka marahlah kita.

Seorang suami tidak menginginkan istrinya diganggu. Tiba-tiba ada orang jahil mengganggu. Maka marahlah si suami tersebut.

Selanjutnya, perasaan marah tersebut biasanya diwjudkan dalam bentuk sikap, kata-kata, dan/atau perbuatan.

Ketika marah harus diwujudkan dalam bentuk ucapan itulah sangat memungkinkan terjadinya hal hal yng membahayakan baik kepada yang bersangkutan atau orang lain atau mungkin bagi kedua-duanya.

Sebagai contoh seorang bisa menyakiti orang lain hanya karena marah akibat kalah berebut uang 1000 rupiah. Akibat tindakan tersebut bisa juga berbalik membahayakan diri sendiri ketika orang yang disakiti tersebut membalas untuk menyakiti. Dengan alasan pembalasan lebih kejam, bisa saja akibat marah tersebut berubah menjadi malapetaka ketika kedua-duanya saling bersitegang dan bertindak lebih jauh seperti kedua-duanya berkelai dengan saling membawa senjata tajam. Akibat marah karena mempertahankan uang seribu, yang menurut ukuran normal sepele, bisa berakibat fatal karena dengan perkaleaian yang saling memanfaatkan senjata tajam tersebut risiko saling kehilangan nyawapun sangat mungkin terjadi.

Melalui tayangan mas media sering kita baca dan kita saksikan, seseorang tega menghabisi nyawa saudaranya hanya karena tersinggung akibat ucapan yang dilontarkan. Anak menghabisi nyawa orang tua hanya karena tidak dibelikan sepeda motor. Beberapa bulan yang lalu di Surabaya seorang bocah cerdas juga harus mati di tangan kedua orang tuanya Di harian Pos Kupang juga pernah diberitakan seorang anak balita juga harus kehilangan nyawa akibat dianiaya oleh kandungnya sendiri. Lagi-lagi hal itu akibat amarah yang tidak terkendali.

Maasyiral muslimin

Gambaran beberapa contoh peristiwa tadi hanya untuk memeberikan peringatan kepada kita bahwa perasaan marah yang tidak terkendali bisa berakibat fatal terhadap diri sendiri atau orang lain atau bahkan mungkin juga bisa berakibat buruk kepada masyarakat luas. Oleh karena sifat marah tersebut bisa dialami oleh siapa saja, maka akibat fatal marahpun juga sangat mungkin menimpa siapa saja, termasuk tentunya kita semua.

Mengingat bahaya yang ditimbulkan sifat amarah itulah agama kita perlu mengingatkan secara khusus mengenai hal tersebut.

Al Qur’an memberikan peringatan, bahwa mengendalikan marah menjadi salah satu ciri orang yang bertakwa. Oleh Al Qur’an orang yang sanggup mengendalikan marah disebut al kadhimin al ghaidho. Dan, orang yang biasa sanggup mengendalikan marah tersebut termasuk salah satu kelompok orang yang dijanjikan masuk surga.

Allah brfirman dalam surat Ali Imran ayat 133-134 :

Artinya : Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan bersegera kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa. Yaitu, orang-orang yang menafkahkan hartanya, baik di waktu lapang maupun sempit,dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan kesalahan orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.

Rasulullah SAW bersabda :

Artinya : Orang yang kuat itu bukanlah orang yang dapat berkelai, tetapi orang kuat adalah yang dapat menguasai dirinya di waktu marah.

Dalam kitab shahih-nya, al Bukhary meriwayatkan bahwa, seorang laki-laki suatu ketika datang kepada rasulullah SAW agar ia diberi wasiyat. Rasulullah SAW berwasiyat kepada laki-laki tersebut dengan hanya mengatakan :

“Janganlah suka marah”

Wasiyat singkat tersebut beliau ulang sampai tiga kali.

Rasulullah SAW juga pernah berulang-ulang menasihati sahabat Mu’awiyah.

“Wahai Mu’awiyah jauhkan olehmu sifat amarah. Karena amarah itu dapat merusak iman seseorang sebagaimana makanan pahit merusakkan madu yang manis.”

Untuk mengatasi marah yang sedang melanda yang mungkin melanda manusia, rasullah SAW juga mengingatkan kita. Kata beliau, bahwa marah itu berasal dari syaitan dan syaitan dijadikan dari api. Api hanya bisa padam oleh air. Oleh karena itu, kata rasulullah SAW, apabila seseorang sedang marah handaknya segera mengambil air wudlu ( berwudlu ).

Dalam sebuah hadits qudsi Allah berfirman :

Wahai anak Adam, sebutlah namaku (Allah) ketika engkau marah agar aku ingat pula kepadamu. Dengan demikian apabila engkau marah Aku tidak menimpakan adzab kepadamu.

Dari sabda rasulullah tersebut diperoleh pelajaran bahwa marah bisa menyebabkan datangnya adzab Allah. Adzab Allah yang paling mungkin terjadi adalah hal-hal yang bisa fatal akibat rasa marah kita. Agar hal-hal buruk dan fatal tersebut tidak terjadi, saat rasa marah mulai merasuki perasaan kita, kita diperintahkan untuk segera meneyebut asma Allah ketika marah tersebut datang.

Siakh Abu al-Laits As-Samarqandy dalam Tanbihul Ghafilin juga menulis sebuah hadits, bahwa dalam suatu kesempatan rasulullah SAW pernah memberikan nasihat dengan sabdanya :

Artinya : Bahwasanya amarah itu merupakan segumpal bara dari neraka. Jika salah seorang di antara kalian mendapati amarah itu ketika sedang berdiri, maka duduklah dan apabila mendapati amarah tersebut sedang dalam keadaan duduk, maka berbaringlah.

Para sufi sangat menaruh perhatian pada sifat marah ini dengan menyebutnya sebagai ghadlob.

Oleh kaum sufi ghadlab ( marah ) dikelompokkan ke dalam sifat-sifat tercela yang bisa menimbulkan maksiyat bathin.

Dalam pandangan sufi marah menjadi salah satu ukuran baik tidaknya seseorang. Ketika kita ingin mengetahui seseorang itu baik atau buruk maka perlu dilihat ketika orang tersebut sedang dalam keadaan marah, bukan di saat dalam suasana riang.

Selanjutnya, apakah hubungan marah dengan ketakwaan kita yang merupakan inti setiap khutbah Jum’at?

Para sufi berpandangan bahwa penyebab marah adalah karena seseorang lupa kepada Allah. Kalau dia ingat Allah tidak mungkin seseorang akan marah. Sebab, hanya Allahlah yang berhak marah ketika ada seseorang berbuat salah atau maksiyat.

Oleh karena itu ketika seorang mukmin sedang marah lantas ingat kepada Allah, mestinya marahnya bisa segera hilang. Ketika sudah menyebut asma Allah, tetapi tetap saja rasa marah meluap-luap maka sebanernya perlu kita pertanyakan ketakwaan kita.

Suatu ketika Umar Bin Khattab sedang meluap-luap amarahnya. Tetapi tiba-tiba luluh saat mendengar bacaan Al Qur’an, yang tidak lain adalah kalam Allah.

Kaum sufi juga mengajarkan kepada kita bahwa untuk menghilangkan marah yang terlanjur menjadi sifat kita sehari-hari, kita harus selalu mengingat kesabaran yang dimiliki oleh para rasul, nabi-nabi, para wali dan orang-orang salih.

Kesabaran yang dimiliki senantiasa sanggup mengalahkan perasaan marah yang mungkin datang sewaktu-waktu.

Suatu ketika Junaid Al Baghdady, seorang sufi, pernah disiram oleh orang dengan air cucian ikan tatkala ia keluar dari masjid sehabis salat Jum’at. Dengan tidak bereaksi sedikitpun beliau langsung pulang ke rumah berganti pakaian dengan pakaian istrinya. Beliaupun kemudian mengerjakan salat.

Sikap beliau itu tampaknya sejalan dengan sikap rasulullah SAW, yaitu ketika rasullah SAW tidak pernah ambil peduli terhadap wanita tua yang meludahi setiap beliau pergi ke masjid. Satu-satunya kepedulian rasulullah SAW kepada wanita jahat tersebut ialah ketika rasulullah SAW menjadi penjenguk pertama saat wanita tua malang itu jatuh sakit.

AKHIRNYA, mudah-mudahan khutbah ini dapat mengingatkan kita semua akan bahaya amarah, berikut dapat menjadikan kita tergolong orang-orang yang pandai mengendalikan amarah. Amin.

Doa Nabi Allah Ibrahim AS Terhadap Generasi Muda dan Umat Sesudahnya

Doa Nabi Allah Ibrahim AS Terhadap Generasi Muda dan Umat Sesudahnya – Bentuk perlawanan yang nyata atas kemiskinan salah satunya adalah memberikan suplai finansial atau modal kepada mereka yang jelas-jelas miskin pada saat Idhul Kurban, bukan diberi sebatas daging kurban saja yang mana si kaya dan si miskin sama-sama merasakan kenikmatan menerima daging kurban, Akan bernilai lebih apabila diberi modal usaha dan mengelola usaha untuk kaum miskin, terutama orang muda, yang masih banyak memiliki cita–cita untuk hari depan. Inilah diantaranya menjadi misi Nabi Allah Nabi Ibrahim AS berpihak kepada kaum musdda’afin (kaum lemah) yang disebut orang muda dibekali modal secara umum hingga terungkap dalam doanya kepada Allah SWT. Agar umat sesudahnya berkemampuan menerima tongkat kepemimpinan yang diridhai Allah SWT.

Doa dan Perubahan Diri


Berdoalah kepada-Ku dengan merendahkan diri dan dengan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak suka pada orang-orang yang melampaui batas.” (Qs Al A’raaf-55). Allah menyuruh kita untuk bermunajat pada-Nya karena munajat dalam bentuk doa yang tulus dan keluar dari hati yang tulus lagi ikhlas yang mengharapkan keridhaan-Nya semata akan cepat mendapat respon dari Allah. Dijelaskan, berdoa haruslah dengan penuh kerendahan atau tawaduk didalam hal yang diminta dan juga cara memintanya, karena Allah tidak suka sama sekali terhadap orang-orang yang berlebihan dalam segala hal. Pada dasarnya kekuatan doa itu akan jauh lebih efektif ketika kita sanggup merubah perangai, prilaku maupun sikap kita. Dikatakan, doa itu ibarat tanaman, kekuatan untuk merubah diri dan segala sikap hidup dari yang tercela menjadi terpuji itulah yang akan menjadi bibitnya. Sedangkan permohonan yang kita ucapkan ibarat pupuk. Tapi, kalau kita hanya menaburkan pupuk semata tampa pernah menaburkan bibit, mustahil hasilnya akan sesuai dengan keinginan kita.

Dari kenyataan hidup yang kita jalani, semakin tampak bahwa semakin hari kita semakin dihadapkan pada berbagai bentuk persoalan yang sepertinya tidak akan pernah ada akhirnya, dimulai dari harga-harga yang terus merambat naik sampai pada tingkah laku dari ank-anak kita yang semakin mengkhawatirkan dsb. Dalam situasi seperti ini tak banyak manusia yang sanggup menghadapinya selain ditenggelamkan kedalam kubangan penderitaan yang sepertinya tak berkesudahan

Jumat, 22 April 2011

KEUTAMAAN ZIKIR DAN DOA


KEUTAMAAN DO’A

Allah berfirman:

ayat19.jpg

Dan Rabb-mu berfirman: ‘Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari beribadah (berdo’a) kepada-Ku akan masuk Neraka Jahannam dalam keadaan hina dina.”(QS Al Mu’min :60)

Allah berfirman:

ayat28.jpg

Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang-Ku, maka (jawablah) bahwa Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo’a apabila dia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah)-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS.Al Baqarah:186)

Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:

ayat37.jpg

Do’a adalah ibadah, Rabb kalian berfirman: ‘Berdo’alah kepada-Ku, niscaya Aku akan memperkenankan bagimu.” (HR. Abu Dawud, At Tirmidzi, Ibnu Majah)

ayat45.jpg

Do’a itu bermanfaat terhadap apa yang sudah menimpa atau yang belum menimpa. Oleh karena itu wahai sekalian hamba Allah, hendaklah kalian berdo’a.”(HR. At Tirmidzi, dan al Hakim)

Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam juga bersabda:

ayat53.jpg

Sesungguhnya Rabb kalian Yang Mahasuci lagi Mahatinggi itu Mahamalu lagi Mahamulia, Dia malu terhadap hamba-Nya jika dia mengangkat kedua tangannya kepada-Nya untuk mengembalikan keduanya dalam keadaan kosong (tidak dikabulkan).” (HR. Abu Dawud. at Tirmidzi, Ibnu Majah)

Selan itu Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam juga bersabda:

Tidaklah seorang muslim berdoa kepada Allah dengan suatu doa yang didalamnya tidak mengandung dosa dan pemutusan silaturahmi, meliankan Allah akan memberikan kepadanya salah satu dari tiga kemungkinan; (yaitu) dikabulkan segera doanya itu, atu Dia akan menyimpan baginya di akhirat kelak, atau Dia akan menghindarkan darinya keburukan yang semisalnya.” Maka para sahabatpun berkata: “Kalau begitu kita memperbanyaknya.” Beliau bersabda: “Allah lebih banyak (memberikan pahala).” (HR. Ahmad, Bukhari dalam Adabul Mufrad, Al Hakim dan at Tirmidzi. Di Shahihkan oleh Syaikh al Albani).

KEUTAMAAN DZIKIR

Allah berfirman:

ayat64.jpg

Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku, niscaya Aku ingat (pula) kepadamu (dengan memberikan rahmat dan pengampunan). Dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.” (QS. Al Baqarah:152)

ayat72.jpg

Dan sebutlah (Nama) Rabb-mu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut (pada siksa-Nya), serta tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan sore hari. Dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai.” (QS. Al- A’raaf:205)

Hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah (dengan menyebut Nama) Allah, dzikir yang sebanyak-banyaknya.” (QS. Al Ahzaab:41)

Laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (Nama) Allah, maka Allah telah menyediakan untuk mereka pengampunan dan pahala yang besar.” (QS. Al Ahzab:35)

Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:

ayat82.jpg

Maukah kamu aku tunjukkan perbuatanmu yang terbaik, paling suci di sisi Raja-mu (Allah), dan paling mengangkat derajatmu; lebih baik bagimu dari infak emas atau perak, dan lebih baik bagimu daripada daripada beretmu dengan musuhmu, lantas kamu memenggal lehernya atau mereka yang memenggal lehermu?” Para sahabat yang hadir berkata: “Mau (wahai Rasulullah)!” Beliau bersabda: “Dzikir kepada Allah Yang Mahatinggi.” (HR. At Tirmidzi, Ibnu Majah. Hadits shahih)

ayat91.jpg

Perumpamaan orang yang ingat (berdzikir) kepada Rabb-nya dengan orang yang tidak ingat (berdzikir) kepada Rabb-nya laksana orang yang hidup dengan orang yang mati.” (HR. Bukhari)

Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:

Allah Ta’ala berfirman: ‘Aku sesuai dengan persangkaan hamba-Ku kepada-Ku, Aku bersamanya bila dia ingat Aku. Jika dia mengingat-Ku dalam dirinya, Aku mengingatnya dalam diri-Ku. Jika dia menyebut nama-Ku dalam suatu perkumpulan, Aku menyebutnya dalam suatu perkumpulan yang lebih baik dari mereka. Bila dia mendekat kepada-Ku sejengkal, Aku mendekat kepadanya sehasta. Jika dia mendekat kepada-Ku sehasta, Aku mendekat kepadanya sedepa. Jika dia datang kepada-Ku dengan berjalan (biasa), maka Aku mendatanginya dengan berjalan cepat.” (HR. Al Bukhari dan Muslim, lafazd ini adalah lafadz Bukhari)

Dari ‘Abdullah bin Busr radhiallahu ‘anhu, dia menerangkan bahwa ada seorang laki-laki berkata: “Wahai Rasulullah, sesungguhnya syari’at Islam telah banyak bagiku, oleh karena itu beritahukanlah aku (tentang) sesuatu untuk (dijadikan) pegangan.” Beliau bersabda:

ayat101.jpg

“Tidak henti-hentinya lidahmu basah karena dzikir kepada Allah (lidahmu selalu mengucapkannya).” (HR. At Tirmidzi, Ibnu Majah)

ayat112.jpg

Barangsiapa yang membaca satu huruf dari al Qur’an, akan mendapatkan satu kebaikan. Sedangkan satu kebaikan akan dilkipatkan sepuluh kali lipat. ‘Aku tidak berkata ‘Alif laam miim, satu huruf’. Akan tetapi alif saru huruf, laam satu huruf dan miim satu huruf.” (HR. At Tirmidzi)

Dari ‘Uqbah bin ‘Amir radhiallahu ‘anhu, dia berkata: “Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam keluar, sedang kami diserambi masjid Nabawi. Lalu beliau bersabda:‘Siapakah diantara kalian yang senang berangkat di waktu pagi setiap hari ke Buth-han atau al ‘Aqiq, lalu kembali dengan membawa dua unta yang besar punuknya, tanpa mengerjakan dosa atau memutus silaturrahmi?’ Kami (yang hadir) berkata: ‘Ya, kami senang wahai Rasulullah!’ Lalu beliau bersabda: ‘Apakah seseorang di antara kalian tidak berangkat ke masjid di waktu pagi, lalau memahami atau membaca dua ayat al Qur’an, hal itu lebih baik baginya daripada dua unta. Dan (bila memahami atau membaca) tiga (ayat) akan lebih baik daripada memperoleh tiga (unta). Dan (memahami atau mengajarkan) empat ayat akan lebih baik baginya daripada memperoleh empat (unta), dan demikian dari seluruh bilangan unta.’”

(HR. Muslim)

ayat122.jpg

Barangsiapa yang duduk di suatu tempat, lalu tidak berdzikir kepada Allah di dalamnya, pastilah dia mendapatkan hukuman dari Allah dan barangsiapa yang berbaring dalam suatu tempat lalu tidak berdzikir kepada Allah, pastilah mendapatkan hukuman dari Allah.” (HR. Abu Dawud)

Apabila suatu kaum duduk di majelis, lantas tidak berdzikir kepada Allah dan tidak membaca shalawat kepada Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wassalam, pastilah ia menjadi kekurangan dan penyesalan mereka, maka jika Allah menghendaki, (Dia) akan menyiksa mereka dan jika menghendaki, (Dia) akan mengampuni mereka.” (HR. At Tirmidzi dan Ahmad.)

ayat132.jpg

Setiap kaum yang bangkit dari suatu majelis yang mereka tidak berdzikir kepada Allah di dalamnya, maka selesainya majelis itu seperti bangkai keledai dan hal itu menjadi penyesalan mereka (di hari kiamat).” (HR. Abu Dawud, Ahmad dan al Hakim)

Syaikh Muhammad Nashiruddin al Albani rahimahullah menjelaskan: “Hadits-hadits ini menunjukkan wajibnya berdzikir kepada Allah dan bershalawat kepada RasulullahShalallahu ‘Alaihi Wassalam dalam setiap majelis, karena di dalam hadits-hadits tersebut terdapat kata-kata:

  • ‘Jika Allah menghendaki, Allah akan siksa dan jika Allah menghendaki, Dia mengampuni mereka.’
  • ‘Mereka bangkit seperti bangkai keledai’, hal ini merupakan penyerupaan tentang jeleknya amal mereka.
  • ‘Orang-orang yang tidak berdzikir akan menyesal pada hari Kiamat.’

Imam Al Munawi berkata: Ditekankan berdzikir kepada Allah dan bershalawat kepada Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam dalam majelis dan ketika bangkit dari majelis dengan lafazh mana saja (yang disesuaikan), dan yang paling sempurna adalah dengan kaffaaratul majelis.’” (Lihat Silsilah al Ahaadiits ash Shahiihah I/162-163)


Panduan Dzikir dalam Al-Qur'an & Do'a-Do'a


Segala puji bagi Allah, Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui; Yang
Mengampuni dosa dan Menerima taubat;Yang keras hukuman-Nya; Yang Mempunyai karunia. Tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Hanya kepada-Nyalah kembali (semua makhluk). Shalawat teriring salam buat Rasul tercinta, Nabi Muhammad Saw, yang penuh perhatian kepada ummatnya; amat belas kasihan lagi penyayang terhadap keimanan dan keselamatan pengikutnya. Diantara faktor penyebab minimnya perhatian terhadap doa dan dzikir adalah kurangnya pengetahuan tentang urgensi doa dan dzikir. Akibat ketidaktahuan ini, banyak diantara kita menyia-nyiakan begitu besar manfaat dan pahala yang seharusnya dapat kita raih.
Diantara ibadah yang paling substansial bagi seorang muslim adalah dzikir dan doa. Semua jenis ibadah dalam Islam mengandung dzikir dan doa. Sehingga kedua komponen ini merupakan ruh dan nilai inti dari segala rutinitas ibadah seorang hamba Allah., Bahkan gerak-gerik seorang hamba Allah dalam kesehariannya dari bangun tidur sampai kembali ketempat tidur dipenuhi dengan dzikir dan doa agar aktifitas hidupnya selama satu hari itu bernilai ibadah, mendapat barokah dan perlindungan dari Alloh Azza wa Jalla .Dalam pelaksanaan ibadah, selain wajib dipenuhinya syarat Ikhlas dalam mencari ridlo Alloh Azza wa Jalla  dalam melaksanakannya juga harus memenuhi syarat lainya yaitu mengikuti contoh, sunnah dari Rosululloh Sholallahu Alaihi Wassalam
.
Mendidik Manusia dalam Do'a dan Dzikir adalah salah satu cara
Menyelesaikan Masalah dengan dibentengi sikap Sabar diri dalam
menghadapi berbagai Ujian dan Cobaan.


73 Manfaat Dzikir
1. Mengusir setan, mengekang dan menjadikannya kecewa
2. Membuat Allah ridha
3. Menghilangkan rasa sedih dan gelisah dari hati manusia
4. Membahagiakan dan melapangkan hati
5. Menguatkan hati dan badan
6. Menyinari wajah dan hati
7. Membuka lahan rezeki
8. Menghiasi orang yang berdzikir dengan pakaian kewibawaan, disenangi
dan dicintai manusia
9. Melahirkan kecintaan
10. Mengangkat manusia ke maqam ihsan
11. Melahirkan inabah, ingin kembali kepada Allah
12. Orang yang berdzikir dekat dengan Allah
13. Pembuka semua pintu ilmu
14. Membantu seseorang merasakan kebesaran Allah
15. Menjadikan seorang hamba disebut di sisi Allah
16. Menghidupkan hati
17. Menjadi makanan hati dan ruh
18. Membersihkan hati dari kotoran
19. Membersihkan dosa
20. Membuat jiwa dekat dengan Allah
21. Menolong hamba saat kesempitan
22. Suara orang yang berdzikir dikenal di langit tertinggi
23. Penyelamat dari azab Allah
24. Menghadirkan ketenangan
25. Menjaga lidah dari perkataan yang dilarang
26. Majlis dzikir adalah majlis malaikat
27. Mendapatkan berkah Allah di mana saja
28. Tidak akan merugi dan menyesal di hari kiamat
29. Berada di bawah naungan Allah di hari kiamat
30. Mendapat pemberian yang paling berharga
31. Zikir adalah ibadah yang paling afdhal
32. Zikir adalah bunga dan pohon surga
33. Mendapat kebaikan dan anugerah yang tak terhingga
34. Tidak akan lalai terhadap diri dan Allahpun tidak melalaikannya
35. Dalam zikir tersimpan kenikmatan surga dunia
36. Mendahului seorang hamba dalam segala situasi dan kondisi
37. Zikir adalah cahaya di dunia dan akhirat
38. Zikir sebagai pintu menuju Allah
39. Zikir merupakan sumber kekuatan kalbu dan kemuliaan jiwa
40. Zikir merupakan penyatu hati orang beriman dan pemecah hati musuh
Allah
41. Mendekatkan kepada akhirat dan menjauhkan dari dunia
42. Menjadikan hati selalu terjaga
43. Zikir adalah pohon ma'rifat dan pola hidup orang-orang shalih
44. Pahala berzikir sama dengan berinfak dan berjihad di jalan Allah
45. Zikir adalah pangkal kesyukuran
46. Mendekatkan jiwa seorang hamba kepada Allah
47. Melembutkan hati
48. Menjadi obat hati
49. Zikir sebagai modal dasar untuk mencintai Allah
50. Mendatangkan nikmat dan menolak bala
51. Allah dan malaikat-Nya mengucapkan shalawat kepada pezikir
52. Majlis zikir adalah taman surga
53. Allah membanggakan para pezikir kepada para malaikat
54. Orang yang berzikir masuk surga dalam keadaan tersenyum
55. Zikir adalah tujuan prioritas dari kewajiban beribadah
56. Semua kebaikan ada dalam zikir
57. Melanggengkan zikir dapat mengganti ibadah tathawwu'
58. Zikir menolong untuk berbuat amal ketaatan
59. Menghilangkan rasa berat dan mempermudah yang susah
60. Menghilangkan rasa takut dan menimbulkan ketenangan jiwa
61. Memberikan kekuatan jasad
62. Menolak kefakiran
63. Pezikir merupakan orang yang pertama bertemu dengan Allah
64. Pezikir tidak akan dibangkitkan bersama para pendusta
65. Dengan zikir rumah-rumah surga dibangun, dan kebun-kebun surga
ditanami tumbuhan zikir
66. Penghalang antara hamba dan jahannam
67. Malaikat memintakan ampun bagi orang yang berzikir
68. Pegunungan dan hamparan bumi bergembira dengan adanya orang yang
berzikir
69. Membersihkan sifat munafik
70. Memberikan kenikmatan tak tertandingi
71. Wajah pezikir paling cerah di dunia dan paling bersinar di akhirat
72. Zikir menambah saksi bagi seorang hamba di hari kiamat
73. Memalingkan seseorang dari membincangkan kebatilan


Adab-Adab Dzikir

Saudaraku ! Dzikir tidak hanya sekedar amalan lisan, tetapi taubat
adalah dzikir, tafakkur adalah di antara ragam tertinggi dzikir, menuntut
ilmu adalah dzikir, mencari rezeki jika niatnya benar adalah dzikir, dan
segala sesuatu yang menjadikan engkau merasakan pengawasan dari Allah
adalah dzikir. Karenanya, orang yang tahu makna dzikir yang sebenarnya akan
berdzikir kepada Allah dalam setiap kondisinya.
Agar dzikir memiliki pengaruh di hati, maka kita harus memperhatikan
adab-adabnya. Kalau tidak, maka ia hanya sekedar lafal yang tidak bermakna.
Di antara adab yang paling penting diperhatikan adalah hal-hal sebagai
berikut :
1. Khusyu' dan beradab; berusaha menghadirkan makna lafal dan berusaha
mengambil kesan dari lafal, dengan memperhatikan maksud dan tujuannya.
2. Merendahkan suara sebisanya, disertai dengan konsentrasi penuh dan
semangat yang baik sehingga tidak mengganggu orang lain. Lihat Surat Al
A'raaf : 205
3. Jika dzikir bersama jama'ah, hendaklah bacaan kita sama dengan yang
lain, tidak boleh mendahului dan tidak boleh terlambat; dan tidak boleh
ikut-ikutan bacaan orang lain. Jika kita hadir di majlis tersebut, dan
dzikir sudah dimulai, mulailah bersama mereka dari lafal yang pertama,
kemudian menyelesaikan bacaan yang tertinggal setelah dzikir jamaah
selesai. Jika kita terlambat dan jamaah telah berada di tengah bacaan,
hendaklah kita membaca apa yang tertinggal dan mengejar ketinggalan dari
mereka, dan tidak boleh mengandalkan bacaan mereka, karena hal tersebut
diharamkan, karena akan mengubah bacaan dan merusak lafal.
4. Menjaga kebersihan pakaian dan tempat, lebih memprioritaskan tempat
yang mulia dan waktu yang pas, agar diri lebih terkondisi, hati menjadi
bersih dan niat menjadi ikhlas.
5. Bubar dalam keadaan khusyu' dan penuh adab, dan menjauhi kata-kata
yang tidak bermanfaat yang dapat menghilangkan pahala dan manfaat dzikir.

Apabila kita memperhatikan adab-adab ini, maka dzikir yang dibaca akan
membawa manfaat, pembaca akan merasakan kemanisan dzikir dalam hatinya,
membuat rohaninya bercahaya, dan menjadikan dadanya lapang, serta Insya
Allah mendapatkan limpahan karunia dari Allah swt.Kajian singkat tentang Dzikir Jamaah
Dalam hadits disebutkan dalil yang mengisyaratkan bahwa dzikir
berjamaah dianjurkan. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Muslim,
Rasulullah saw bersabda :

Tidaklah duduk suatu kaum sambil berdzikir kepada Allah 'Azza wa jalla
kecuali mereka akan dikelilingi oleh malaikat, dinaungi oleh rahmat, turun
kepada mereka ketenangan, dan Allah akan menyebut mereka di sisi-Nya
Kita juga dapat melihat beberapa hadits tentang dzikir jamaah yang
dilakukan oleh sahabat Nabi dan tidak dilarang oleh beliau. Di antara
hadits tersebut adalah hadits Abu Sa'id al Khudri yang berkata :

Mu'awiyah keluar menemui sebuah halaqah di masjid dan berkata : Kenapa
kalian duduk-duduk di sini ? Mereka berkata : kami duduk di sini untuk
berdzikir kepada Allah. Beliau berkata : Demi Allah : betulkah tujuan
kalian duduk-duduk di sini hanya untuk itu? Ketahuilah ! Aku tidak meminta
kalian bersumpah untuk menjadikan kalian sebagai objek yang tertuduh. Tidak
ada seorangpun selainku yang posisinya dekat dengan Rasulullah yang lebih
sedikit haditsnya dariku. Bahwasanya Rasulullah saw keluar menemui halaqah
sahabatnya dan beliau berkata : Apa yang menyebabkan kalian duduk-duduk di
sini ? Para sahabat menjawab : Kami duduk-duduk untuk berdzikir kepada
Allah dan memuji-Nya, sebagai ungkapan terima kasih atas hidayah Islam-Nya
kepada kami dan karunia-Nya yang banyak kepada kami.. Rasulullah bersabda :
bahwasanya aku Aku tidak meminta kalian bersumpah untuk menjadikan kalian
sebagai objek yang tertuduh. Tetapi Jibril datang kepadaku dan menyampaikan
bahwa Allah membanggakan kalian di hadapan para malaikat (HR. Muslim, At
Tirmidzi dan Nasa' )

Berjamaah dalam ketaatan secara prinsip dianjurkan, terutama apabila
mampu mendatangkan banyak manfaat seperti : munculnya pertautan hati,
memperkuat ikatan dengan sesama, memanfaatkan waktu untuk hal-hal yang
bermanfaat, mengajarkan orang-orang awam yang kurang baik ilmunya, dan
menampilkan syiar-syiar simbolik Islam.
Zikir berjamaah menjadi makruh hukumnya jika terjadi pelanggaran
syar'i seperti mengganggu orang-orang yang tengah sholat, atau menjadikan
majlis dzikir sebagai tempat senda gurau dan tertawa; atau terjadi
penyimpangan dalam redaksi dzikir, mengandalkan bacaan orang lain; atau
melanggar larangan-larangan syar'i lainnya. Jika terjadi penyimpangan, maka
kita harus mencegah agar kerusakan itu tidak terjadi dalam dzikir jamaah,
bukan menafikan kebaikan yang ada dalam dzikir jamaah.
Powered By Blogger